RAKSA LIMA : GUA MERASA DIKUCILKAN

Mumpung gua lagi kosong nih waktunya jadi lumayan buat sedikit nerusin cerita gua selama sekolah di MAN Kragilan tercinta. Sebenernya gua agak ragu juga sih buat nulis karena kebetulan sekitar tanggal 1-3 Oktober 2017 gua coba daftar menjadi peserta Desiminasi Khusus (DK) dari AMI ITB dan TIDAK LOLOS seleksi berkas bro/sist. Nah ko bisa dikaitin sama keraguan gua buat nulis? Karena memang pada saat pengumpulan berkas tersebut ada satu helai kertas yang menjadi persyaratan wajib, yaitu sehelai kertas yang isinya mengenai cerita berkesan dan menginspirasi. Lah kenapa ko gua bisa ragu? Ya jelas ragu lah cerita yang hanya sehelai kertas saja masih belum bisa dikatakan layak untuk menjadi cerita inspiratif di seleksi berkas DK, apalagi untuk menginspirasi orang lain. Kemudian gua mulai berfikir, "Apakah dalam Kehidupan Gua Gak Ada Inspirasi Bagi Orang Lain, atau Memang Gua Gak Bisa Nulis CErita Inspiratif?". Nah ataunya itu yang bikin gua ragu buat nulis bro/sist. Tapi, insyaAllah semua itu gua jadikan pelajaran sebagai hikmah kehidupan, hingga akhirknya gua mau nyoba nulis-nulis lagi nih di blog yang hampir suwung (Serem uga yak) wkkw.

Lanjut cerita, ini masih mengenai Raksa Lima ya bro/sist. Sejujurnya saja gua gak betah pertama kali masuk kelas Raksa Lima lur. Rasanya gua pengen pindah kelas saja kalau keadaan terus begini. Sampai suatu saat gua nyoba tuh ngirim email ke salah stau guru BK, yaitu Bu Lilis Lela Sandi. Beliau adalah guru bk sekaligus sudah seperti orang tua asuh gua bro/sist. Email yang gua kirim tentang ketidak betahan gua masuk kelas Raksa Lima dengan alasan Duduk Dibelakang dan Mata Rabun. Waaah parah kan udah mah matanya rabun jauh duduk dibelakang lagi. Tapi emang sih emailnya sampai saat ini, detik ini emailnya belum dibalas sama beliau. Mungkin kalau dibalas, entah gimana nasib gua pokoknya beda lagi deh ceritanya.

Seketika Semua Itu Berubah Saat Negara Api Menyerang... wkwkkw
Nanti Langut Cerita Raksa Lima lagi ya