TAK KU SANGKA ( Cerpen )


TAK KU SANGKA

Angin sepoy-sepoy, burung-burung beterbangan, daun-daun pun berguguran, sore hari itu ku berjalan bersama teman baikku mengitari perumahan nan permai, dia Ahdah. Terlihat oleh kedua bola mata kami dari mulai anak-anak hingga dewasa, mereka berlatih bela diri. Langkah terhenti pada satu titik sudut lapangan, kami memperhatikan apa yang mereka lakukan dengan memasang wajah yang amat polos. Kelihatannya menarik membuat kami pun ingin bergabung. Tak terasa sinar mentari mulai kelam, langit yang cerah perlahan berubah gelap mendung, kami pun beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Sesampainya di rumah, kami memohon izin pada orang tua masing-masing untuk mengikuti kegiatan bela diri tersebut. Mereka terdiam sejenak, hati kami pun dag dig dug takut tidak disetujui. Hanya dengan hitungan detik akhirnya mereka memberikan jawaban yang pasti, mereka mengizinkan. Senang sekali hati kami mendengar jawab mereka.
Seusai  waktu isya kami datangi rumah filia, dia salah satu murid perguruan itu. pertanyaan demi pertanyaan terulurkan padanya mengenai hal tersebut. katanya bela diri tersebut namanya “ KARATE WADOKAI”. Pokoknya kami mendapatkan banyak informasi, itu semua itu sangat bermanfaat. Hati kami pun sudah tak sabar ingin bergabung.
Keesokan lusanya filia bersama ahdah menjemputku untuk pergi ke “Djo Karate (tempat latihan)”. Sesampainya di sana, aku dan ahdah memperkenalkan diri pada guru karate (sinpay) serata murid-muridnya.saat itulah kami resmi menjadi bagian mereka.
Sejak kelas 2 SMP aku menggeluti olahraga di bidang bela diri hingga saat ini pun masih. Tangis, tawa,  lelah, gundah dan perasaan lainnya sudah tertuang. Setiap hari berlatih keras, sendiri ataupun bersama teman se-Djo. Teman-teman pun sudah seperti keluargaku.  Tetapi satu per satu mereka keluar dari karate dan tak pernah kembali, kabar pun sudah tak pernah ku dengar.  Hampa terasa hidupku tanpa mereka. Bagaimanapun aku harus tetap berlatih walau tanpa mereka. Karena karate sudah menjiwaiku, kini menjadi bagian hidupku. Aku harus mewujudkan mimpiku, berlatih keras untuk mengikuti berbagai pertandingan agar piala serta penghargaan lainnya dapat ku raih dan dapat memajuka atau menegembangkan Djo Karate agar bercabang di mana-mana. Aku sangat ingin membuat orang tua dan sinpay menangis gembira melihat keberhasilanku. Itu pun menjadi do’a di setiap waktuku.
Tanggal 22 November 2011 adalah kejuaraan tingkat kabupaten (PORKAB), aku pun ikut serta. Hari itu menjadi hari pertama kalinya ku mengikuti kejuaraan. Dari pagi hingga lewat waktu dzuhur ku tunggu giliranku. Setibanya waktu yang ku nanti, aku bertanding  dengan lawanku di atas matras selama 3 menit. Detik akhir pun tiba, aku ternyata kalah. Saat itu aku sangatlah terpuruk, terasa dalam mimpi buruk. Aku sudah mengecewakan orang-orang yang ku saying. Ingin ku berlari sekencang mungkin dari kenyataan pahit itu. Tapi sangatlah tidak mungkin. Orang tuaku, terutama guruku terus memotivasiku untuk bangkit. Walau mereka kecewa, tetapi berbagai macam cara mereka lakukan. Akhirnya aku pun mampu bangkit. Aku yakinkan diri bahwa aku bias bangkit dan mewujudkan mimpiku yang tertunda. Aku harus berlatih lebih keras lagi.
Waktu terus bergulir, aku berusaha untuk memberanikan diri maju ke pertandingan lagi. Walau kemungkinan menang sangat tipis. Berbagai pertandingan ku ikuti, ternyata aku menang. subhanallah… aku sangat bahagia. Rasaku tak bias ku ungkapkan melalui kata-kata apa pun. Orang tua, giru dan kakak-kakakku mengangkatku ke atas sambil bersorak gembira. Piala dan piagam pun ku genggam erat. Air mata pun tak kuasa ku bending. Selama ini Allah tidak mematahkan mimpiku melainkan membelokkan mimpiku menjadi lebih indan. Ya allah… terima kasih. Engkau maha adil dan megetahui apa yang terbaik untukku. Kini Djo Karate ku pun sudah terkenal. Aku sudah menjadi sinpay di berbagai Djo.





Oleh : Ade Hayati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Peninggalan Kesultanan Banten di Masjid Pangeran Aria Singarajan

Rice Cooker Rusak Karena Menggoreng

Indonesia Ku Ngelayab ning Masjid Istiqlal Jakarta